MCB 1 FASA
oleh: www.instalasilistrikrumah.com
Gambar disamping adalah contoh MCB umum yang biasa dipakai di
instalasi listrik rumah. Ada perbedaan antara MCB milik PLN yang
terpasang di kWh meter dengan milik pelanggan yang dijual secara umum.
Yang pertama adalah warna
toggle switch yang berbeda (dalam produk dari produsen MCB yang sama, milik PLN memiliki warna
toggle switch
biru dan yang dijual untuk umum berwarna hitam) dan kedua adalah
tulisan “Milik PLN” pada MCB yang dipasang di kWh meter. Walaupun ada
juga produsen MCB lainnya yang menggunakan warna
toggle switch biru untuk produk yang dijual di pasaran.
Sekarang, mari kita bahas kode dan simbol yang tertulis dalam nameplate MCB tersebut.
- Simbol dengan angka 1 dan 2
Ini adalah simbol
dari fungsi MCB sebagai proteksi beban penuh dan hubung singkat
(penjelasan detail bisa dilihat pada tulisan bagian pertama “”
MCB sebagaiProteksi dan Pembatas Daya Listrik“”). Dari gambar tersebut, hal ini juga menjelaskan bahwa MCB ini adalah 1 pole (karena hanya ada 1 simbol saja). Bila ada dua simbol berdampingan, maka MCB-nya adalah 2 poles. Yang umum dipakai di perumahan adalah tipe MCB 1 pole, yaitu hanya kabel phase saja yang diproteksi.
Merupakan MCB model number yang ditentukan dari produsen MCB. Lain produsen berarti lain model number. Sebagai tambahan informasi, model NC45a ini adalah MCB yang diproduksi untuk keperluan perumahan secara umum.
Kode ini menjelaskan tripping curve MCB yaitu tipe “C”, dengan proteksi magnetic trip sebesar 5-10In (In : arus nominal atau rating arus dari MCB) dan angka “16” adalah rating arus dari MCB sebesar 16A. Rating arus ini adalah kode paling penting dalam MCB dan berguna saat pembelian MCB. Penjelasan selanjutnya mengenai rating arus ada di bagian berikutnya.
Menjelaskan rating tegangan dalam operasi MCB yaitu 230V atau 400V sesuai dengan tegangan listrik PLN 220V.
“4500” menunjukkan rated breaking capacity
MCB, yaitu kemampuan kerja MCB masih baik sampai arus maksimal 4500A,
yang biasanya terjadi saat hubung singkat arus listrik. Dimana diatas
angka ini MCB akan berpotensi rusak. Dan angka “3” adalah I2t classification, yaitu karakteristik energi maksimum dari arus listrik yang dapat melalui MCB.
Catalog Number dariprodusen MCB yang tujuannya sebagai nomor kode saat pembelian.
- LMK; SPLN 108; SLI 175 dan IEC 898
Menandakan bahwa MCB
ini sudah lolos uji di LMK PLN (LMK : Lembaga Masalah Kelistrikan).
Sedangkan tiga kode selanjutnya menyatakan bahwa MCB dibuat dengan
mengacu kepada standard-standard teknis yang ditetapkan baik nasional maupun internasional.
Menandakan bahwa MCB pada posisi “ON”. Untuk posisi “OFF” maka simbolnya adalah “O-OFF”.
MCB ini sudah mendapatkan sertifikat SNI (Standard Nasional Indonesia).
Bagi anda yang merasa awam mengenai listrik, apalagi soal MCB ini, tidak perlu pusing-pusing untuk mengerti nameplate MCB. Hal yang paling penting dalam memilih MCB yang hendak dibeli adalah kode rating arus MCB yang sesuai kebutuhan, seperti contoh diatas yaitu kode “C16”, yaitu rating arus MCB sebesar 16A dengan tripping curve
tipe “C”. Kode lain yang perlu diperhatikan adalah kode “LMK” serta
“SNI” yang berarti produk ini sudah memenuhi standard tersebut.
Rating MCB dan Daya listrik PLN
Contoh yang dibahas dalam bagian sebelumnya menggunakan MCB dengan rating 16A dan tripping curve type “C”. MCB yang dijual dipasaran mempunyai rating arus yang bermacam-macam sesuai kebutuhan. Saat membeli MCB, kita cukup menyebutkan rating arus MCB yaitu berapa ampere dan tujuan pemakaian yaitu untuk perumahan.
Dasar pemilihan rating arus MCB
yang ingin dipakai di perumahan tentu disesuaikan dengan besarnya
langganan daya listrik PLN yang terpasang. Karena PLN sendiri menetapkan
besar langganan listrik perumahan sesuai rating arus dari MCB yang diproduksi untuk pasar dalam negeri.
Tabelnya seperti ini:
Rating Arus Miniature Circuit Breaker |
Daya Listrik PLN
|
2A
|
450VA
|
4A |
900VA |
6A
|
1300VA
|
10A |
2200VA |
16A
|
3300VA
|
Rumusnya adalah : Rating Arus MCB x 220V (Tegangan listrik PLN).
Hasil perhitungannya adalah angka
pembulatan. Jadi bila langganan listrik PLN sebesar 1300VA maka MCB yang
dipasang di kWh meter memiliki rating 6A.
Berikut adalah contoh MCB dengan berbagai rating arus.
Macam-macam MCB dengan berbagai rating
Dari kiri ke kanan, rating arus
MCB adalah 16A (dari C16), 6A (dari C6) dan 6A (dari CL6). MCB paling
kanan adalah milik PLN yang terpasang di kWh meter dengan tipe C32N dan tripping curve tipe “CL” (hampir sama dengan tripping curve tipe “C”). Bisa dilihat warna toggle switch biru dan tulisan “MILIK PLN”.
Tambah daya listrik PLN
Setelah mengetahui fungsi, kode-kode MCB
dan hubungannya dengan daya listrik PLN, maka menjadi jelas bahwa dalam
hal menambah daya listrik PLN, petugas PLN cukup mengganti MCB yang
dipasang di kWh meter dengan rating arus yang sesuai. Tentunya
setelah proses administrasinya diselesaikan. Misalnya menambah daya
listrik dari langganan 1300VA ke 2200VA, maka MCB-nya diganti dari 6A ke
10A.
Hanya saja ada faktor yang perlu
diperhatikan saat melakukan tambah daya listrik PLN, yaitu faktor
kapasitas dari instalasi listrik rumah itu sendiri. Jika anda melakukan
tambah daya dari 1300VA ke 2200VA maka akan ada penambahan daya listrik
lebih dari 150% kapasitas.
Salah satu faktor yang harus menjadi
perhatian adalah ukuran kabel jalur utama yang terpasang pada instalasi
listrik rumah, apakah mampu menghantarkan arus sebesar 10A dari
sebelumnya 6A.
Salah satu cara mudahnya adalah pastikan
ukuran kabel eksisting untuk jalur utama paling tidak berukuran minimal
2.5mm (memiliki kuat hantar arus minimum 19A keatas). Tapi bila tambah
daya hingga mencapai 3300VA atau MCB rating arus 16A, maka ukuran kabel harus dinaikkan.
Efek pada kabel yang dilalui arus
listrik mendekati kapasitas nominalnya adalah kabel menjadi panas, dan
bila kualitas kabel kurang baik atau sudah berumur, maka bisa terjadi
kerusakan isolasi kabel dan berakibat terjadi kebocoran arus listrik.
Kasus lainnya adalah bila rumah yang
akan dinaikkan daya listriknya ternyata pada awalnya berlangganan
listrik 450VA, kemudian dinaikkan menjadi 900VA dan kemudian karena
kebutuhan akan listrik meningkat lagi maka dinaikkan menjadi 1300VA,dan
saat tambah daya ternyata tidak diikuti peningkatan kapasitas hantaran
pada instalasi listrik rumah. Untuk kasus ini perlu dipastikan kondisi
kabel listrik dan juga ukurannya yang sesuai.
Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam membeli MCB.
Ada berbagai jenis MCB yang ada dijual di pasaran dari berbagai pabrik pembuat MCB, dengan harga yang bervariasi sesuai rating dan spesifikasinya. Pertanyaannya, bagaimana memilih MCB yang berkualitas baik?
Salah satu yang sering ditekankan oleh
Pemerintah adalah pilihlah produk yang berlabel “SNI”. Masalahnya
adalah, mungkin banyak produk dengan kualitas rendah ataupun merk MCB
yang dipalsukan yang juga diberi label “SNI”. Nah..inilah salah satu hal
yang tidak mudah. Salah satu caranya adalah cermati harga jualnya. Ada
MCB yang dijual dengan harga sangat murah dari produsen yang tidak
terkenal. Logikanya, bila harga jual sudah murah, berapa ongkos
produksinya dan apa material yang dipakai dengan harga semurah itu. Bila
material yang dipakai tidak sesuai standard atau berkualitas jelek,
maka efeknya adalah MCB tidak bekerja sesuai rating-nya.
Hal ini berbahaya bagi instalasi listrik terutama pada kabel bila terjadi hubung singkat, yaitu MCB tidak trip atau
turun sehingga arus hubung singkat yang luar biasa besar tetap terjadi
dan merusak isolasi kabel sehingga timbul percikan api yang dapat
mengakibatkan kebakaran. Karena itu belilah MCB yang berkualitas baik
mengingat fungsinya yang cukup vital sebagai proteksi dari system
instalasi listrik rumah.
Semoga artikel mengenai MCB yang dibagi
dalam dua tulisan ini cukup bermanfaat bagi pembaca dan mohon maaf bila
alur pembahasannya banyak berhubungan dengan hal-hal teknis. Kita
berusaha membuatnya mudah dimengerti. Silahkan bila ada yang ingin
menambahkan, koreksi ataupun sharing mengenai penggunaan MCB ini.
KONTAKTOR
oleh: Bengkel listrik Blog
Kontaktor adalah jenis saklar yang bekerja secara magnetik yaitu
kontak bekerja apabila kumparan diberi energi. The National Manufacture
Assosiation (NEMA) mendefinisikan kontaktor magnetis sebagai alat yang
digerakan secara magnetis untuk menyambung dan membuka rangkaian daya
listrik. Tidak seperti relay, kontaktor dirancang untuk menyambung dan
membuka rangkaian daya listrik tanpa merusak. Beban-beban tersebut
meliputi lampu, pemanas, transformator, kapasitor, dan motor listrik.
Adapun peralatan elektromekanis jenis kontaktor magnet dapat dilihat pada gambar berikut :
Prinsip Kerja
Sebuah
kontaktor terdiri dari koil, beberapa kontak Normally Open ( NO ) dan
beberapa Normally Close ( NC ). Pada saat satu kontaktor normal, NO akan
membuka dan pada saat kontaktor bekerja, NO akan menutup. Sedangkan
kontak NC sebaliknya yaitu ketika dalam keadaan normal kontak NC akan
menutup dan dalam keadaan bekerja kontak NC akan membuka. Koil adalah
lilitan yang apabila diberi tegangan akan terjadi magnetisasi dan
menarik kontak-kontaknya sehingga terjadi perubahan atau bekerja.
Kontaktor yang dioperasikan secara elektromagnetis adalah salah satu
mekanisme yang paling bermanfaat yang pernah dirancang untuk penutupan
dan pembukaan rangkaian listrik maka gambar prinsip kerja kontaktor
magnet dapat dilihat pada gambar berikut :
Kontaktor
termasuk jenis saklar motor yang digerakkan oleh magnet seperti yang
telah dijelaskan di atas. Bila pada jepitan a dan b kumparan magnet
diberi tegangan, maka magnet akan menarik jangkar sehingga kontak-kontak
bergerak yang berhubungan dengan jangkar tersebut ikut tertarik.
Tegangan yang harus dipasangkan dapat tegangan bolak balik ( AC ) maupun
tegangan searah ( DC ), tergantung dari bagaimana magnet tersebut
dirancangkan. Untuk beberapa keperluan digunakan juga kumparan arus (
bukan tegangan ), akan tetapi dari segi produksi lebih disukai kumparan
tegangan karena besarnya tegangan umumnya sudah dinormalisasi dan tidak
tergantung dari keperluan alat pemakai tertentu.
Karakteristik
Spesifikasi
kontaktor magnet yang harus diperhatikan adalah kemampuan daya
kontaktor ditulis dalam ukuran Watt / KW, yang disesuaikan dengan beban
yang dipikul, kemampuan menghantarkan arus dari kontak – kontaknya,
ditulis dalam satuan ampere, kemampuan tegangan dari kumparan magnet,
apakah untuk tegangan 127 Volt atau 220 Volt, begitupun frekuensinya,
kemampuan melindungi terhadap tegangan rendah, misalnya ditulis ± 20 %
dari tegangan kerja. Dengan demikian dari segi keamanan dan kepraktisan,
penggunaan kontaktor magnet jauh lebih baik dari pada saklar biasa.
Aplikasi
Keuntungan penggunaan kontaktor magnetis sebagai pengganti peralatan kontrol yang dioperasikan secara manual meliputi hal :
a.Pada
penangan arus besar atau tegangan tinggi, sulit untuk membangun alat
manual yang cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu besar dan sulit
mengoperasikannya. Sebaliknya, akan relatif sederhana untuk membangun
kontaktor magnetis yang akan menangani arus yang besar atau tegangan
yang tinggi, dan alat manual harus mengontrol hanya kumparan dari
kontaktor.
b.Kontaktor memungkinkan operasi majemuk dilaksanakan dari
satu operator (satu lokasi) dan diinterlocked untuk mencegah kesalahan
dan bahaya operasi.
c.Pengoperasian yang harus diulang beberapa kali
dalam satu jam, dapat digunakan kontaktor untuk menghemat usaha.
Operator secara sederhana harus menekan tombol dan kontaktor akan
memulai urutan event yang benar secara otomatis.
d.Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pilot atau sensor yang sangat peka.
e.Tegangan
yang tinggi dapat diatasi oleh kontaktor dan menjauhkan seluruhnya dari
operator, sehingga meningkatkan keselamatan / keamanan instalasi.
f.Dengan
menggunakan kontaktor peralatan kontrol dapat dipasangkan pada
titik-titik yang jauh. Satu-satunya ruang yang diperlukan dekat mesin
adalah ruangan untuk tombol tekan.
g.Dengan kontaktor, kontrol
otomatis dan semi otomatis mungkin dilakukan dengan peralatan seperti
kontrol logika yang dapat diprogram seperti Programmable Logic
Controller (PLC).
TDR (Time Delay Relay)
Oleh: electric-mechanic
TDR (Time Delay Relay) sering disebut juga relay timer atau relay penunda batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis.
Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain, contohnya dengan MC (
Magnetic Contactor),
Thermal Over Load Relay, dan lain-lain.
Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu hidup atau mati dari kontaktor atau untuk merubah sistem
bintang ke segitiga dalam delay waktu tertentu.
Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik.
Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila motor mendapat tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan menarik serta menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu tunda diatur berdasarkan besarnya pengisian kapasitor.
Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian outputnya sebagai kontak NO atau NC.
Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila telah mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara otomatis timer akan mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.
Pada umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan kaki coil sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8 kaki yaitu kaki 2 dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan NO dan NC, kaki 1 akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki tersebut akan berbeda tergantung dari jenis relay timernya.